Pendidikan Agama

A.  Pengertian
Agama sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologi berasal dari bahasa Sanksekerta terdiri dari kata a artinya tidakgama artinya kacau, agama berarti tidak kacau. Sebagian lain mengatakan a adalah caragama adalah jalan, agama berarti cara jalan, maksudnya cara berjalan untuk menempuh keridhaan Tuhan.

Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin leregele artinnya mengumpulkan, membaca. Relegion mengandung pengertian kumpulan cara-cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca.

Dalam bahasa arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki arti balasan atau pahalaketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh dan kebiasaan. Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi, menguasai dan menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya, membawa kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa balasan baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
Secara terminologis, Hasby as-siddiqi mendefinisikan agama sebagai dustur (undang-undang) ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia didunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesejahteraan akhirat. Agama adalah peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kepercayaan, sistem penyembahan dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat.

Hubungan Agama Dan Moral
Berbicara tentang moral asosiasinya akan tertuju pada penentuan baik dan buruk sesuatu. Dengan rasio atau tradisi dapat juga dengan lainnya seseorang dapat menentukan baik atau buruk.
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa rasiolah yang menjadi sumber moral bukanlah yang lain. Yang menentukan baik dan buruknya sesuatu adalah akal dan pikiran manusia semata.
Aliran hedonisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan keburukan adalah kebahagiaan. Sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya sesuatu dikatakan buruk jika mendartangkan keburukan. Kebahagiian yang dimaksud adalaj kebahagiaan individu aliran ini disebut egoistik hednisme, aliran ini antara lain digagas oleh Epicurus (341-270).
Adalagi aliran hedoisme universal yang berpandangan bahwa kebaikan dan keburukan diukur oleh kebahagiaan. Aliran ini digagas oleh John Stuart Mill (1806-1873). Ia mengatakan ebaikan tertinggi (summmun bonum), adalah utility is happiness for the greates number of sentimen being (kebahagiaan untuk jumlah kebanyakan manusia yang sebesar-besarnya).
Aliran tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan atau keburukan adalah tradisi atau adat istiadat. Karena peradaban Barat mengalami trauma historis berkenaan dengan agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam kehidupan mereka. Agama tidakhanya sekedar ritual peribadatan semata-mata, diluar itu agama tidak berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal dengan variasi yang berbeda satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia moderen kehilangan pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia mengalami risis moral yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri. Dalam hubungannya dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita ditipu oleh gagasan yang canggih dan tidak tahu persoalan sebenarnya, sebab sepanjang moral telah diputuskan ikatannya dengan akidah terhadap Allah, maka tidak akan kokoh (kuat) berpijak dimuka bumi ini serta memiliki tempat bergantung terhadap akibat-akibat yang mengiringinya.
           Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam mengahpus krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagi pedoman dalam menjalani kehidupan didunia ini agar mendapat kebahagiaan sejati, salah satunya adalah pedoman moral. Melalui kitab suci dan para rosul, Allah telah mejelaskan prinsip-prinsip moral yang harus dijadian pedoman oleh umat manusia. Dalam konteks islam sumber moral itu adalah Al-Quran dan Hadist.
Mukti Ali mantan mentri agam pernah menyatakan, ‘agama menurut kami antar lain memberi petunjuk bagaimana moral itu harus dijalankan, agamalah yang memberikan hukum-hukum moral. Dan karenanya agamalah sanksi terakhir bagi semua tindakan moral, sanksi agamalah yang membantu dan mempertahankan cita-cita etik.’
Hamka menyatakan bahwa ‘agama ibarat tali kekang, yaitu talikekang dari penguburan pikiran (yang liar / binar), tali kekang dari penguburan hawa nafsu (yang angkara murka), tali kekang daripada ucapan dan perilaku (yang keji).

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada beebrapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu :
a.       Agama itu mendidik manusia menjadi tentram, damai, tabah dan tawakal, ulet serta percaya pada diri sendiri.
b.      Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi, berani berjuang menegakan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan mengabdi dan berkorban, serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan pelanggaran yang menuju dosa dan noda.
c.       Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan manusiawi.
d.      Karena itu, menempatankan agama pada posisi semula bisa menjadi penawar kebingungan manusia moderen. Moral yang bersumber agama bersifat mutlak, permanen, eternal dan universal. Nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk semua orang dan semua tempat tanpa memandang tanpa memandang latar belakang etnis kesukuan, kebangsaan, dan sosial kultural.

Hubungan Moral, Akhlak dan Etika
Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika adalah pada fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buru. Dengan itu manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatn yang baik, agar tercipta masyarakat yang warganya berperilaku baik dan sopan.
Jika dilihat dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangan akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sementara rasio hanya mendukung terhadap apa yang dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist. Sementara moral umumnya berdasarkan pada ketentuan atau kebiyasaan umum yang berlaku dimasyarakat.
Selain itu etika bersifat teoritis sementara moral dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan buruk, akhlak berbicara soal baik dan buruk, benar dan salah, layak dan tidak layak, sementara itu etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memperhatikan dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu, moral itu hasil dari penelitian etika.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Akhlak dalam islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa yang dikatakan baik oleh Al-Quran dan apa yang dikatakan buruk oleh Hadist maka smapai kapanpun akan seperti itu. Meskipun akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral dan etika bersumber pada akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

B. Hakikat Dan Martabat Manusia Menurut Islam
1.  Konsep Manusia
Konsep Manusia dalam Islam
a.      Historis : bani adam (al-a’raf 31)
b.      Biologis : basyar (ar-rum 20)
c.      Intelektual : insan (at-tin 4)
d.     Sosiologis : naas (al-hujarat 13)
e.      Posisional : abd(saba’ 9)
f.       Khalifah (al-baqarah 30)

Al-Qur'an telah mencatat untuk kita model orang-orang seperti pada orang-orang dari “iklan” . Firaun berbicara kepada umat-Nya dan mengatakan dalam surat Al-Qashash, (Ayat 38), "Aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain Aku."
Pada ekstrem yang lain, manusia berpikir bahwa ia adalah yang paling diremehkan, terlemah, dan yang paling berharga di alam semesta ini, sehingga ia menunduk dengan penyerahan sebelum pohon, batu, hewan, atau sebelum matahari, bulan , bintang-bintang atau api dan makhluk lain. Islam menjelaskan kepada manusia realitasnya, asal-usulnya dan berbagai tahap penciptaan yang ia melewati.
1.    Asal-usul penciptaan dan tahap-tahap penciptaan-Nya:
Islam telah menjelaskan bahwa realitas manusia berasal dari dua asal: Asal jauh, yang adalah ciptaan pertama dari lumpur ketika Allah (SWT) membuatnya dan ditiupkan ke dalam dirinya hidup, dan asal dekat, yang ciptaan-Nya dalam rahim ibunya. Allah (SWT) berfirman dalam surat As-Sajdah, (Ayat 7-9), tentang asal-usul manusia, "Dia orang yang unggul dalam segala sesuatu yang Dia ciptakan, dan Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat dan keturunan manusia kemudian dibuat dari cairan berharga, kemudian Dia membuatnya dan ditiupkan ke dalam dirinya dari jiwanya, dan dibuat untuk Anda pendengaran, penglihatan, dan hati, dan berkat kecil yang Anda memberi. "
Sekarang, kita melihat bagaimana Al-Qur'an ternyata perhatian manusia terhadap cairan yang berharga dari mana ia diciptakan dalam rahim ibunya, "dari cairan berharga. Hal ini hendaknya menyadarkan Manusia untuk memberantas potensial menindas dan menghilangkan kesombongan dan membuat dia rendah hati dalam hidupnya.
2.    Manusia adalah makhluk terhormat:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Isra ', (Ayat 70), "Kami telah menghormati anak-anak Adam dan membawa mereka di bumi dan di laut dan memberikan kepada mereka rezeki yang baik. Dan kita membuat mereka lebih baik daripada banyak dari apa yang kita buat. " Kemudian Allah (SWT) menjelaskan bahwa Dia (SWT) membuat seluruh alam semesta dalam melayani manusia. Dia mengatakan dalam surat Luqman, (Ayat 20), "Apakah Anda tidak melihat bahwa Allah disediakan bagi Anda apa yang di langit dan di bumi dan membanjiri Anda dengan banyak berkat dikenal dan tidak dikenal."
3.    Manusia memiliki kemampuan untuk dapat membedakan dan memilih antara baik dan jahat:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Ash-Syams, (Ayat 7-10 "Dan dengan Nafs, (jiwa), dan Allah yang sempurna dia dalam proporsi; Kemudian Dia mengilhami dia korupsi dan kebenaran nya; Memang ia berhasil yang memilih untuk memurnikan diri sendiri-Nya;. dan memang ia gagal yang merusak diri sendiri nya "
4.    Manusia memiliki potensi untuk belajar dan memperoleh pengetahuan:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Alaq, (Ayat 3-5),
"Bacalah dan Tuhan Anda adalah yang paling murah hati, Orang yang mengajar dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu” .
Dalam ayat lain, Allah (SWT) berfirman dalam surat An-Nahal, (Ayat 78), "Dan dibuat untuk Anda pendengaran dan penglihatan dan hati, sehingga Anda bersyukur. "Allah (SWT) mencemooh mereka yang tidak mendapatkan manfaat dari semua hak istimewa. Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Araf, (Ayat 179), "Mereka memiliki hati yang mereka tidak mengerti, mereka memiliki mata yang dengannya mereka tidak melihat, dan mereka memiliki telinga yang mereka tidak mendengar, mereka seperti binatang dan bahkan lebih buruk, mereka adalah pelupa atau lalai ".
5. Manusia bertanggung jawab dan akuntabel dan dia akan mendapatkan hasil dari perbuatannya:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Baqarah, (Ayat 30),
"Dan Tuhanmu berkata kepada para malaikat bahwa saya menciptakan Khalifah di bumi."
            Kemudian Allah (SWT) mengajarkan kepada Adam semua nama untuk menunjukkan bagaimana manusia malaikat istimewa di sisi Allah, maka Allah (SWT) memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam karena hormat.. Allah (SWT) berfirman dalam surat Az-Zalzalah, (Ayat 7-8), , "Dan barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun, niscahya dia akan (melihat) balasannya""Nabi Muhammad (SAW) mengatakan dalam sebuah hadits otentik yang dilaporkan oleh Imam At-Tirmidzi," Para hamba Allah akan ditanya tentang empat hal pada hari kiamat: sekitar hidupnya dan apa yang ia lakukan dengan itu Dan tentang pengetahuan dan apa yang ia lakukan dengan itu Dan tentang uangnya? mana dia mendapatkannya dari dan di mana ia menghabiskan itu? Dan tentang tubuhnya bagaimana ia menggunakannya.? "

2.  Exsitensi dan martabat manusia
Menurut Ibnu Sina yang terkenal dengan filasafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi
a.      Manusia sebagai makhluk sosial: manusia tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain. Manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kebutuhan bila hidup berkumpul.
b.      Manusia sebagai makhluk ekonomi, karena mereka selalu memikirkan masa depan dan menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya.

Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusi adalah makhluk serba dimensi
a.         Dimensi Pertama
Secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat dan menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang.
b.        Dimensi Kedua
Manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian.
c.         Dimensi Ketiga
Menusia mempunyai perhatian terhadap keindahan.
d.        Dimensi keempat
Manusia memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.
e.         Dimensi kelima
Manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda karena dikaruniahi akal, fikiran dan khendak bebas.
f.         Dimensi keenam
Manusia mampu mengenal dirinya.
               
Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah secara dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalik-Nya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi dihadapan Tuhannya pada saat dalam perjalanan spiritual dalam beribadah kepada Allah swt. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam  thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam  ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhan dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai berikut :
a.       Taubat
b.      Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram
c.       Merasa miskin diri dari segalanya
d.      Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e.       Meningkatakan kesabaran terhadap takdirNya
f.       Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya
g.      Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri)
h.      Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt
i.        Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan kepadaNya
j.        Mempunyai rasa takut dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.

Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang hamba akan muncul sifat berikut :
a.      Ketenangan juwa
b.      Harap kepada Allah Swt
c.      Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahNya
d.     Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.

Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui beberapa tingkatan maqam di bawah ini, tetapi melalunya adalah amalan dzikir pada maqam yang 7 (tujuh), adapun hasilnya akan dapat di uraikan dengan beberapa maqam sifat, yaitu :
a.      Taubat
b.      Zuhud
c.      Sabar
d.     Syukur
e.      Khauf (takut)
f.       Raja’ (harap)
g.      Tawakkal

3. Tujuan penciptaan manusia 
a. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya,Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Banyak yang salah mengira bahwa menjadi khalifah berarti ‘menguasai’. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.   Manusia juga dibebankan menjadi  Khalifah Allah, Khalifah  sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi.
Dengan berpedoman pada QS Al Baqarah:30-36, maka status dasar manusia adalah sebagai khalifah (makhluk penerus ajaran Allah) sehingga manusia harus :
a.  Belajar. Obyek belajar nya adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya.Hal ini tercantum juga di dalam QS An Naml: 15-16 dan QS Al Mukmin: 54
b. Mengajarkan Ilmu. Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
c. Membudayakan Ilmu. Ilmu Allah tidak hanya untuk disampaikan kepada manusia lain tetapi juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang terus diamalkan akan membudaya. Hal ini tercantum pula di dalam QS Al Mu’min:35

b. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembali-kan kepada Kami?” (Al-Mukminun: 115).

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Al-Qiyamah: 36).
Jadi berdasarkan ayat diatas tujuan penciptaan dari manusia tak lain adalah untuk ibadah.
Ibadah sendiri artinya tunduk dan patuh kepada Allah ta’ala dengan penuh kecintaan dan pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya sesuai dengan tuntutan yang ditetapkan dalam syarita-syariat-Nya.

c. Tujuan Individu Dalam Keluarga
. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:
"Dan  diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.    

d. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araf : 96)

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a.       Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya  yaitu masyarakat
b.      Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya

e. Tujuan Individu Dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur. 

f. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.

5 Fungsi dan peranan yang diberikan allah kepada manusia
            Berpedoman pada QS.Al-Baqarah : 30-36, status dasar yang dipolopori adam adalah sebagai khalifah. Jika kalifah diartikan sebagai mahluk penerus ajaran ALLAH ,maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran ALLAH dan sekaligus menjadi pelopor dalam membudidayakan ajaran Allah,hal ini di mulai dari diri sendiri dan keluarganya.Adapun peran yang di lakukan seorang kalifah sebagaimana yang di tetapkan Allah,di antarany ialah:
a. Belajar (Surat An-Naml : 15-16 dan Al –Mu’minun : 54)
            Belajar yang di nyatakan pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari ilmu Allah dan pada ayat kedua di jelaskan yang di maksud ilmu Allah adalah Al-Kitab. Istilah lain yang di nyatakan Al-Qur’an  adalah iqra’. Istilah iqra’ adalah istilah yang di pergunakan Allah terhadap Muhammad dan pengikutnya.yang menjelaskan ilmu Allah yang berwujud Al-quran dan ciptaannya
b. Mengerjakan Ilmu (Al-Baqarah : 31-39)
Ilmu yang di ajarkan oleh kalifatullah bukan hanya ilmu yang di karang manusia saja,tetapi juga ilmu Allah.Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan ilmu agama.Dengan demikian tidak terbentuk asumsi bahwa yang bukan ilmu agama adalah ilmu Allah. Ilmu Allah adalah ilmu al-Qur’an dan al- bayan (ilmu pengetahuan). Al-Qur’an merupakan aturan hidup dan kehidupan manusia serta hal-hal yang berhubungan dengan manusia.Mengerjakan Al-Qur’an berarti mengerjakan hidup dan kehidupan menurut Allah pencipta manusia dan alam semesta.
c. Mumbudayakan Ilmu (al-Mu’minun: 35)
            Ilmu Allah yang telah diketahui  bukan hanya untuk di sampaikan kepada orang lain,tetapi juga untuk diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga membudaya. Seorang khalifah bertangung jawab kepada 4 instansi,yaitu:

§   Fungsi Manusia Terhadap Diri Pribadi
Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani, unsur rohani terdiri dari cipta (akal), rasa dan karsa. Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga. Unsur jasmani yang memerlukan makan-minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan sebagainya dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Akal yang merupakan salah satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia. Rasa yang juga merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalu merindukan keindahan, kebenaran, keadilan dan sebagainya itu kita penuhi pula kebutuhannya dengan berbagai keseniaan yang sehat, hidup dengan pedoman yang benar, berlaku adil dan sebagainya [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 4]. Perasaan yang rindu kepada kebaikan diisi dengan nilai-nilai moral, perasaan yang rindu kepada keindahan diisi dengan nilai-nilai seni-budaya, perasaan yang rindu kepada kemuliaan diisi dengan taqwa, perasaan yang rindu kepada kesucian diisi dengan usaha-usaha meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti dengki, takabbur, aniaya dan sebagainya (Ahmad Azhar Basyir, 1984 : 8),

§   Fungsi Manusia Terhadap Masyarakat
            Firman Allah, QS. al-Hujarat : 13, Allah mengajarkan kepada manusia sebagai berikut : "Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [QS.al-Hujarat: 13].
 Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual, makhluk relegius, dan makhluk sosial. "Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi, sebagai makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang laiannya", ...maka kemudian terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat [Bimo Walgito, 1987 : 41].
Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan sesama manusia. Kesedian untuk memperhatikan kepentingan orang lain, dalam hal ini adalah tolong menolong. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 2, sebagai berikut :

"Dan tolong menolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran".

§   Fungsi Manusia Terhadap Alam dan Lingkungan
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi ditundukan Allah kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri [QS.al-Jatsiyah:13]. Laut, sungai, matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia [QS. Ibrahim : 32-34]; binatang ternak diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia [QS. an-Nahl : 5] ; laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali dan dimanfaatkan kekayaannya [QS. Fathir:12 dan an-Nahl:14] [Ahmad Azhar Basyir, 1988 : 40].
Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan, agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16]. Apabila berlaku belebih-lebihan, tamak, rakus, dalam menanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah memperingatkan manusia [QS. Ruum : 41] bahwa, "Kerusakan di darat dan laut terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri; Allah merasakan kepada mereka sebagai [akibat] perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar". Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut.

§   Fungsi Manusia Terhadap Allah
Fungsi manusia terhadap Allah ditegaskan dalam al-Qur'an surat adz-Dzariyat ayat 56, sebagai berikut :
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku". Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 21, Allah memerintahkan manusia untuk beribadah, sebagai berikut :
"Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa".
Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah baik dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Ibadah dalam pengertiam umum mencakup segala macam perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus (mahdhah) yaitu berbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai dengan ketentuan syara'.
Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan dari fungsi manusia terhadap Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu sifat relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat manusia harus condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.
  
6.Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah
a.       Mengabdikan diri kepada Allah menerusi beriman kepada Allah dan melakukan amal soleh dalam bentuk yang sempurna.
b.      Sebagai hamba, manusia perlu melaksanakan amanah Allah, memelihara serta mengawal agama Allah serta ajaran Allah SWT.
c.       Ke arah melaksanakan amanah sebagai khalifah Allah ini, manusia hendaklah menyedari dan memahami bahawa kewajiban berdakwah dengan menyebarkan dan memperluaskan ajaran Islam ke arah menegakkan syiar Islam serta meninggikan kalimah Allah di atas muka bumi ini, dengan berperanan menegakkan amar makruf serta mencegah kemungkaran.
“Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam). Dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya. (Ali Imran: 104)
d.      Sebagai khalifah Allah, yang dimaksudkan dengan wakil Allah, wajiblah manusia menjaga agama dengan melaksanakan dua perkara:
 i) Menegakkan Islam. Dengan berdakwah kepada manusia seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat RA dan membuktikan kebaikan ajaran Islam dan hukumnya di samping mempertahankan agamanya dari ancaman musuh.
 ii) Melaksanakan Islam. Dengan mengamalkan perintahNya dan meninggalkan laranganNya, dalam semua urusan termasuk juga urusan kemasyarakatan dan kenegaraan.
e. Bertanggungjawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga daripada masuk ke dalam neraka.
“Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu (berhala). Neraka itu dijaga dan dikawal oleh Malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya), mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka dan mereka pula melakukansegala yang diperintahkan.” (At-Tahrim : 6)

C. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang bermoral (agama sebagai sumber moral)  kearifan yg menjiwi langkah hukum dengan memberikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat orang bisa memperbaiki kesalahan (bertaubat kepada Tuhan)

1. Kesadaran Taat Hukum
a. Pengertian Taat Hukum
§ Umum
- Patuh terhadap aturan perundang-undangan, ketetapan dari pemerintah, pemimpin yang dianggap berlaku oleh untuk orang banyak.
- Mematuhi aturan perundang-undangan untuk menciptakan kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan.
§ Islam
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah ditetapkan oleh Al-Quran dan hadits serta Ijma’ Ulama dengan sabar dan ikhlas.
b. Asas Hukum
Pengertian Asas Hukum
§ Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan berpendapat.
§ Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.

Asas Hukum Secara Umum
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
§ Asas kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia.

Asas Hukum Secara Islam
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
Qs. Al-Maidah : 95
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْتُلُواْ الصَّيْدَ وَأَنتُمْ حُرُمٌ وَمَن قَتَلَهُ مِنكُم مُّتَعَمِّداً فَجَزَاء مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنكُمْ هَدْياً بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَو عَدْلُ ذَلِكَ صِيَاماً لِّيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ عَفَا اللّهُ عَمَّا سَلَف وَمَنْ عَادَ فَيَنتَقِمُ اللّهُ مِنْهُ وَاللّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa sampai ke Kabah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.QS. al-Mai'dah (5) : 95

§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
Qs. Shad : 26
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Artinya: “Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi ini menegakan dan menjalankan hukum sabaik-baiknya tanpa memandang status sosial, status ekonomi dan atribut lainnya”.

Qs. An-Nisa’ : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8
Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan sasaran hukum dalam Islam”
“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang telah ditetapkan Allah itulah orang-orang yang aniaya”

§ Asa kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia.
Qs. Al-Baqarah : 178                
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّوَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأُنثَى بِالأُنثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاء إِلَيْهِبِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) mambayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. 2:178).

§ Asa kejujuran dan kesukarelaan
QS. Al-Mudatsir : 38
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
Setip individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan setiap individu tidak akan memikul dosa orang (individu) lain”.

Profetik Agama Dalam Taat Hukum
1.  Pengertian Profetik Agama Dalam Taat Hukum
a.  Hal-hal yang digambarkan, dan dinyatakan oleh Agama memalui yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
b.  Agama yang diajarkan atau dicontohkan oleh para Nabi/ Rasulullah
c.  Contoh atau tauladan yang telah digariskan / dicontohkan Rasulullah saw.

2. Fungsi Profetik Agama
a.  Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan
§  Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat yang salah atau kurang baik seperti :
o   Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan masyarakat (Politik atau paham yang tidak sehat)
o   Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak rambu-rambu hukum dan norma serta nilai yang ada
o   Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah ilegal dan aspal
o   Dalam Materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya dsb
Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam masyarakat (Imbalance), baik materi dan non materi, baik lahir maupun bathin
o   Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi (Ends of Pluralisme)
Intinya :
o   Dalam berpolitik, seperti :
o   Enthnocenterisme = Pemerintahan ditangan satu orang
o   Dalam Materialisme, seperti :
o   Ekonomi kapitalisme
o   Dalam Ekologi, seperti :
o   Materialisme, Sekularisme (pemisahan antara pendidikan umum dan pendidikan moral, memisahkan pemerintahan negara dengan Agama). Agama terasing dari persoalan kehidupan manusia
o   Dalam Reduksionisme, seperti :
o   Penurunan nilai, akhlak, kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan
o   Dalam Kultural atau Budaya, seperti :
o   Hedonisme (hanya memburu dan mengejar kesenangan dunia)

b. Dalam Mengatasi / Merevitalisasi Keberagaman Dalam Menjalankan Agama Dengan Back to Qur’an and Sunnah
§  Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
 Sebagai sumber dan payung hukum dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam
 Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan memutuskan suatu hukum QS.Al-Maidah : 48 – 49 QS. An-Nisa’ ; 59 dsb

c. Tujuan Profetik Agama Dalam Taat Hukum
o  Mendorong seseorang (manusia) berperilaku dan berbuat sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan yang sah serta sesuai QS, sehingga tercipta suatu kondisi masyarakat yang sadar dan taat hukum.
o   Mendorong seseorang berperilaku yang baik dengan mentauladani pribadi Rasulullah, agar manusia selamat dan bahagia dunia dan akhirat (antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan Allah serta dengan alam lingkungan).
o   Mengeluarkan manusia dari miopik (cara pandang yang sempit) dan Primordial dan Formalisme sempit yang akan melahirkan berbagai konflik sosial, politik bahkan menjurus kepada perpecahan dan perperangan.

Daftar Pustaka
Ahmad Amin. (1983). Al-akhlak, Etika (Ilmu Akhlak). alih bahasa KH. Farid Maruf. Jakarta: Bulan Bintang.
Abu A’lla al-Maududi. (1971). Moralitas Islam. Jakarta: Publicita.
Endang Saefudin Anshari. (1980). Kuliah Al-islam. Bandung: Pustaka salman ITB.
Fazlur Rahman. (1979). Islam. Chicago: The University of Chicago Press.
Hamzah Yaqub. (1983). Etika Islam. Bandung: Diponegoro.

Imam Al-Ghazali. (1971). Ihya Ulmuddin. Juz VIII. Medan: Pustaka Indonesia.


Blogger
Disqus

1 comment

Terimakasih kepada saudara yang telah berkunjung dan telah meberi informasi kepada saya. salam persahabatan

Balas